Kasus ini menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, terutama di warung-warung kopi (warkop) yang kerap menjadi tempat diskusi warga. Ketidakjelasan penanganan perkara tersebut memunculkan berbagai spekulasi dan pertanyaan yang hingga kini belum dijawab oleh pihak berwenang.
Tim Narasifakta.id telah berupaya meminta konfirmasi langsung ke Polres Soppeng, namun hingga kini Kasat Reskrim belum berhasil ditemui di ruang kerjanya.
“Kami hanya ingin kejelasan. Sudah lama diperiksa, tapi tidak ada informasi lanjutan. Ada apa sebenarnya dengan Polres Soppeng?” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Kekecewaan masyarakat semakin menguat. Beberapa bahkan mengusulkan agar kasus ini dilimpahkan ke Polda Sulawesi Selatan, jika Polres Soppeng dianggap tidak mampu menuntaskan penyelidikan. Tak sedikit pula yang menyebut kasus ini sebagai “kasus tempe”—menghilang tanpa bekas.
Menanggapi sorotan tersebut, Kanit Tipikor Polres Soppeng menyatakan bahwa proses penyelidikan masih berlangsung. Ia menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menindaklanjuti setiap laporan yang masuk. Namun, masyarakat tetap berharap adanya transparansi dan langkah konkret agar penanganan perkara tidak berlarut-larut.
Kasus ini menyita perhatian publik lantaran menyangkut pengelolaan dana publik dan menyentuh aspek penting dalam penegakan hukum serta integritas aparat kepolisian di daerah.
Penulis: Sofyan
